Pada, hari Selasa, 20 Agustus 2024, Jurusan Sejarah Sosiologi dan Perpustakaan mengadakan Seminar Nasional secara daring melalui platform Zoom bertajuk “Citizen Science dan Pekembangan Pembelajaran Sosial Humaniora di Era Post Truth”. Di dalam laporannya, ketua panitia kegiatan ini, I Putu Hendra Mas Martayana, M.A. menyampaikan bahwa pemilihan topik ini dilatarbelakangi oleh saru fenomena di era digitalisasi tentang maraknya informasi yang menyesatkan dan memanipulasi fakta. Oleh sebab itu, seminar ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai tantangan dan peluang yang dihadapi dunia pendidikan, khususnya dalam bidang sosial humaniora, serta merumusan strategi yang efektif untuk menghadapinya.
Sementara itu, Ketua Jurusan Sejarah Sosiolog dan Perpustakaan, I Wayan Pardi, S.Pd.,M.Pd di dalam sekapur sirihnya yang singkat juga menyampaikan hal yang serupa. Menurutnya kemajemukan bangsa Indonesia sebagai realitas sejarah dan fakta sosial perlu dikelola dengan baik dan diarahkan agar memiliki kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Kemajemukan suatu bangsa apabila tidak dikelola dengan baik akan memunculkan konflik sosial, politik, budaya, ekonomi, dan potensi disintegrasi bangsa. Hal ini menjadi tantangan bagi bangsa yang sedang berproses untuk membangun. Kurangnya pengetahuan, minimnya akses pengetahuan, dan rendahnya wawasan kebangsaan dan global dapat menjadi pemicu resistensi dan penolakan terhadap upaya membangun ekosistem Citizen Science di Indonesia.
Acara ini dibuka oleh Bapak Wakil Dekan 3 Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Bapak Dr. Ketut Sedana Arta, S.Pd.,M.Pd. Di dalam pengantarnya yang singkat, Beliau menyampaikan bahwa era digitalisasi yang terjadi di berbagai aspek kehidupan dapat menjadi ruang dialog dan aktualisasi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses penyerapan, penguasaan, dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sangat perlu dilakukan. Pendidikan dan penelitian menjadi media yang dapat mempercepat transformasi masyarakat dari unknowledge society menjadi knowledge society. Akar dari terbentuknya karakter masyarakat ilmiah bermula dari proses pengkondisian ekosistem anggota masyarakat atau warga negara menjadi Citizen Science melalui pendidikan yang berkelanjutan.
Acara ini mendatangkan 3 orang narasumber. Narasumber pertama adalah Bapak Prof. Dr. Nasution dari Universitas Negeri Surabaya. Beliau mengangkat isu tentang Citizen Science di dalam dunia pendidikan. Menurutnya, penting bagi seorang pendidik, dalam hal ini guru agar di dalam setiap pembelajaran mampu mntransformasikan pemahaman dan keterampilan berpikir kritis kepada siswa agar visi dari Citizen Science bisa tercapai. Pembicara kedua adalah Bapak Dr. Budiawan dari Universitas Gadjah Mada. Beliau menyampaikan isu tentang otoritas ilmu pengetahuan di tengah terjangan arus informasi yang massif. Adanya miss informasi di era digital inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan sejauh mana otoritas ilmu pengetahuan masih mendominasi mimbar akademik. Narasumber ketiga adalah Bapak Dr. I Ketut Margi, M.Si dari Universitas Pendidikan Ganesha. Beliau membahas topik yang sangat spesifik yakni tentang peradaban air. Menurut beliau, ditengah perang-perang ideologis yang bersifat transnasional, yang berupaya memperebutkan hegemoni yang otoritatif, pada konteks lokal, konservasi lingkungan perlu dijadikan isu faktual untuk menumbuhkembangkan kecintaan terhadap alam. Peradaban air adalah satu dari sekian banyak aktivitas berpikir yang menjadi negasi dari dampak negatif aktivitas informasi masyarakat di era post truth.